voa-islam.com – Demi perhelatan olahraga dan prestasi duniawi, Gubernur Sumatera Selatan menyewa jasa tujuh orang paranormal untuk mengusir hujan. Padahal hujan adalah rahmat Allah, sedangkan minta bantuan paranormal adalah perbuatan syirik yang dosanya tidak diampuni Allah.
Berbagai cara digunakan untuk menangkal hujan pada acara pembukaan SEA Games XXVI yang akan berlangsung di Jakabaring Sport City, Palembang, Sumatera Selatan, 11 November mendatang. Selain menggunakan teknologi modifikasi cuaca yang canggih, sebanyak tujuh orang paranormal pawang hujan pun turut dikerahkan.
“Mereka sudah mulai bekerja ini di beberapa titik Jakabaring saat ini,” kata Gubernur Sumatera Selatan, Alex Noerdin, sebagaimana dikutip Sripoku, Kamis (3/11/2011), menanggapi pertanyaan mengenai hal itu.
Sejak 25 Oktober silam, upaya menghalau hujan juga telah dilakukan oleh Tim Modifikasi Cuaca (TMC) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Tiga pesawat disiapkan untuk keperluan ini.
Padahal sebulan sebelumnya, TMC BPPT bertugas membuat hujan buatan guna memadamkan kebakaran hutan di sekitar Sumatera Selatan.
BPPT yang biasanya bertugas membuat hujan buatan terkait kemarau, kini justru ditugasi memindahkan awan hujan di Palembang ke lokasi lain di kawasan OKI, Sekayu, dan Laut Bangka, demi Seagames. BPPT bertugas mengamankan Jakabaring dengan radius 30 hektare bebas dari hujan, terutama di saat acara pembukaan dan penutupan. Sebab saat ini Sumsel secara umum sudah memasuki musim hujan.
Hujan adalah Rahmat, Jangan ditukar dengan Kemusyrikan Paranormal/Dukun
Hujan adalah air dari langit yang diturunkan Allah dengan penuh keberkahan: “Dan Kami turunkan dari langit air yang penuh keberkahan lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam” (Qs Qaaf 9).
Di antara keberkahan dan manfaat hujan adalah manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan sangat membutuhkannya untuk keberlangsungan hidup, sebagaimana Allah Ta’ala:“Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?” (Qs Al-Anbiya’ 30).
Rasulullah SAW semasa hidupnya adalah orang yang sangat senang dengan hujan, karena hujan adalah rahmat Allah. Dalam hadits dari Anas RA, Rasulullah bahkan bertabarruk (mengambil berkah) dari air hujan:
“Kami bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah kehujanan. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyingkap bajunya hingga terguyur hujan. Kemudian kami mengatakan, ‘Ya Rasulullah, mengapa engkau melakukan demikian?’ Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Karena dia baru saja Allah ciptakan” (HR Muslim).
Hadits di atas dijadikan dalil bagi ulama Syafi’iyah untuk menganjurkan menyingkap sebagian badan (selain aurat) pada awal turunnya hujan, agar terguyur air hujan tersebut.
Keutamaan lainnya, saat hujan adalah waktu yang maqbul untuk memanjatkan doa, sebagaimana sabda Nabi SAW: “Carilah do’a yang mustajab pada saat bertemunya dua pasukan, pada saat iqamah shalat, dan saat turun hujan" (HR Al-Hakim).
Karena demikian banyaknya fadilah hujan, maka Rasulullah SAW menganjurkan doa mulia untuk menyambut rahmat hujan: “Muthirna bi fadhlillahi wa rohmatih” (HR Muslim). Artinya: “Kita diberi hujan karena karunia dan rahmat Allah.”
Menolak hujan dengan meminta bantuan paranormal adalah tindakan yang tidak hanya bertentangan dengan sunnah Rasul, tapi juga kemusyrikan yang tidak terampuni dosanya.
Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa mendatangi tukang ramal atau dukun lalu dia membenarkan apa-apa yang dikatakan maka sungguh dia telah kafir terhadap apa yang telah diturunkan kepada Muhammad” (HR Abu Dawud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah).
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari syirik itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa besar" (An-Nisaa': 48).
"Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah Neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zhalim itu seorang penolong pun." (Al-Maa-idah: 72).
"Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang lain dari syirik itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya." (An-Nisaa': 116).
“Barang siapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka (adalah) ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh.”(Al-Hajj: 31). Wallahu a'lamu bis-shawab. [taz, wid/sripo, dbs]
Tidak ada komentar