Cat-1
Cat-2
Cat-3
Cat-4
01/07/12 - 01/08/12
(إِنَّا لِلّهِ وَإِنَّـا إِلَيْهِ رَاجِعونَ )
'Surely to God we belong, and to Him shall we return'. (Quran 2:156)
*****************
Published on May 17, 2012 by awakeningrecords
http://www.facebook.com/RaefMusic
http://www.twitter.com/RaefMusic
Raef's cover of Jason Mraz's "I'm Yours"
Music/Arrangment : Hamza Namira
Lyrical Edits : Saad Omar
Director: Karim Shaaban
© 2012 Awakening Records
http://www.facebook.com/awakeningrecords
Bismillahirrahmanirrahim...
Assalamualaikum Wr. Wb.
Woro-Woro...
Dalam rangka menyambut bulan suci Ramadhan 1433 H dan melestarikan budaya Batik Indonesia, serta untuk mempererat tali silaturrahmi, empunya Catatan Akhir Pekan mengadakan Giveaway (GA) untuk sobat-sobat blogger nusantara tercinta dengan tema "AKU CINTA BATIK INDONESIA" hehehe :D ikutan ya...
Meskipun ini GA pertama tapi hadiahnya Menggoda loch :D jadi rugi kalo gak ikutan hehehehe :D
Dalam GA kali ini ada 2 Kategori yang bisa dikuti Sobat Catatan:
Pertama Penulisan artikel dengan Tema "Aku Cinta Batik Indonesia"
Ketentuan Penulisan Artikel:
Kedua Postingan Foto dengan tema yang sama yakni "Aku Cinta Batik Indonesia"
Bagi sobat-sobat blogger yang hobinya suka jeprat-jepret dan narsis-narsisan bisa mengikuti kategori yang kedua ini, yakni membuat postingan yang berisi Foto sobat dan pastinya sedang memakai batik. Jangan lupa mencantumkan judul foto tersebut ditambah keterangan singkat dan Apabila ada kata "Batik" pada keterangan maka di hyperlink ke http://www.batikrg.com/
Contoh:
SYARAT dan KETENTUAN UMUM
1. Join dengan blog ini (terletak di sidebar) atau dengan cara Like/Suka Halaman Catatan Akhir Pekan di Facebook (Footer Sebelah Kiri) atau klik disini
2. Mendaftarkan postingan yang dikutkan dengan format seperti contoh berikut
Nama : Muhammad Furqan Abdullah
Judul Postingan : Aku Cinta Batik Indonesia
Url : http://www.mf-abdullah.com/2012/07/giveaway-catatan-akhir-pekan-aku-cinta.html
3. Setiap peserta hanya boleh mengirmkan 1 postingan artikel dan satu postingan foto
4. GA ini dimulai sejak postingan ini diterbitkan dan ditutup pada tanggal 31 Agustus 2012 jam 22.00 Wib
5. Di akhir postingan jangan lupa menyertakan Pernyataan Keikutsertaan, Pada paragrap terakhir dari postingan sobat silahkan diberi kalimat tanda keiikutsertaan berbunyi : Postingan ini diikutsertakan dalam Giveaway Catatan Akhir Pekan dengan Tema Aku Cinta Batik Indonesia.
Pada kata “ Giveaway Catatan Akhir Pekan “ berikan hyperlink postingan ini. Link yang harus dipasang : http://www.mf-abdullah.com/2012/07/giveaway-catatan-akhir-pekan-aku-cinta.html
7. Sebagai Hadiah dan ucapan terimakasih 5 Sobat Catatan yang beruntung akan dipilih dari 2 Kategori yang ada, 3 Artikel dan 2 Foto yang menarik, masing-masing akan mendapatkan bingkisan dari BATIK RG sponsor resmi acara giveawey ini berupa Hem untuk pria dan Blus untuk wanita.
8. Sobat Catatan yang beruntung akan diumumkan maksimal pada tanggal 10 September 2012
NB: Kalao ada yang belum jelas dan ingin ditanyakan bisa melalui komentar atau via sms ke no 0852 3555 4237 atau media lainnya seperti facebook, Twitter, Ym dan lain-lain...
"Indahnya Berbagi dan Bermanfaat untuk Sesama"
Wassalam, Salam Hangat Dari Bumi Malioboro
Muhammad Furqan Abdulllah Aka. MF_Abdullah
Giveaway Catatan Akhir Pekan ini disponsori oleh :
Assalamualaikum Wr. Wb.
- Artikel bebas boleh berbentuk cerita, puisi, pantun dan lain sebagainya, yang penting tetap dalam tema "Aku Cinta Batik Indonesia"
- Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia, boleh menggunakan yang tidak baku seperti 'Lo, Gue' dll asal tidak menggunakan tulisan yang susah dimengerti seperti "6U4 94k N63RT1"
- Judul dan panjang artikel bebas
- Tidak menyinggung SARA, SARU, dan sejenisnya baik berupa tulisan, video maupun gambar.
- Apabila ada kata "Batik Indonesia" pada postingan maka di hyperlink ke http://www.batikrg.com/ (Cukup satu kali saja)
- Artikel yang diikutsertakan harus fresh/new/baru dan belum pernah dipublikasikan di media apapun, dalam bentuk apapun dan dengan cara apapun. (Istilah Pak Dhe Cholik Sang Juragan Blog Camp) hehehe :D
Judul: KRMT Muhammad Furqan Abdullah Keterangan: Sebagai Anak Muda, Aku Bangga Memakai Batik Warisan Budaya Indonesia |
6. Memasang Banner Giveaway Catatan Akhir yang ada dibawah ini di Sidebar atau lainnya.
Script Banner:
<a href="http://www.mf-abdullah.com/2012/07/giveaway-catatan-akhir-pekan-aku-cinta.html " target="_self" title="Giveaway Catatan Akhir Pekan"><img src="http://blog.umy.ac.id/mfabdullah/files/2012/07/Giveaway_Catatan-Akhir-Pekan.gif" width="175"/></a>Keterangan: Warna biru bisa diganti sesuai dengan sidebar sobat catatan
Marhaban Ya Ramadhan - Di lembah nista kemanusiaan yang hina dina, dalam balutan lumpur noda dan dosa yang kotor, dalam ruang sempit kerangkeng nafsu jasadi dan syahwati manusia, dalam sahara kebertuhanan dan spiritualitas yang begitu gersang, begitu tandus, di tengah kemanusiaan yang telah terjatuh pada suatu titik nadir peradaban ummat masusia, di bawah hegemoni materialistik yang telah menjadikan manusia budak-budak materi, dengan kasih dan sayangNya, kita masih diberi sedikit waktu dan kesempatan untuk sekedar merasakan setetes kesejukan oase Ramadhan. Rasulullah saw. bersabda:
Sebulan penuh kita akan ditarbiyah melalui madrasah RamadhanNya yang agung. Rasa lapar, haus dan dahaga kita tundukan. Hawa nafsu kita taklukan, karena ketamakan akan kedua hal itulah yang kerap menjadi fitnah bagi ummat Muhammad saw.,
“Aku melihat seseorang dari ummatku menjulur-julurkan lidahnya karena kehausan. Setiap kali mendatangi sumur, ia dihalang-halangi (untuk minum darinya), lalu datanglah shaum Ramadhan menghampirinya, maka ia (shaum Ramadhan itu) memberinya minum dan iapun minum dengan sepuasnya”. (HR. Bukhari-Muslim).
Sebulan penuh kita akan ditarbiyah melalui madrasah RamadhanNya yang agung. Rasa lapar, haus dan dahaga kita tundukan. Hawa nafsu kita taklukan, karena ketamakan akan kedua hal itulah yang kerap menjadi fitnah bagi ummat Muhammad saw.,
Maka barangsiapa yang sanggup menjamin (menjaga) apa yang berada di atas jenggotnya serta apa yang berada di antara dua paha, maka surga sebagai jaminannya.Itulah manhaj Ilahi dalam membangunkan manusia yang tengah terlelap dalam buaian materialisme yang telah menggusur derajatnya dan kemudian mengembalikan kemanusiaan pada kemuliaannya yang agung. Di bulan ini kita akan melakukan gerakan revolusi spiritualitas dan indrawi (ats tsaurah ar rûhiyyah wal hissiyyah) ; ruang kebertuhanan dan spiritualitas kembali bersemi, hawa nafsu kembali kita kendalikan.
Dan ketika manusia mempunyai kendali atas nafsu syahwat
dan naluri-naluri binatang lainnya, maka sesungguhnya ia telah berada di puncak
peradabannya yang tinggi dan mulia (Abul Hasan ‘Alî an Nadawi, al Arkân al
Arba’ah :182). Maka pantas jika di akhir QS. Al Baqarah/2 :183
Allah menegaskan bahwasannya shaum itu mewariskan ketaqwaan (lihat
Fakhrurrâzî/5 :76). Dan tiada kemuliaan tanpa taqwa karena sesungguhnya
orang yang paling mulia diantara kalian adalah orang yang paling taqwa.
Akan tetapi sebaliknya, kata an Nadawi, jika kemampuan
mengendalikan itu lenyap, dan manusia menjadi disibukkan dengan urusan
mengenyangkan perut dan menuruti segala bisikan nafsunya, itulah yang telah
Allah gambarkan :’
Dan orang-orang kafir itu bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang-binantang. Dan neraka adalah tempat tinggal mereka”. (QS. Muhammad/47:12).
Cahaya
ramadhan telah dinyalakan, pintu surga telah dibuka lebar-lebar dan pintu
neraka ditutup rapat-rapat. Saatnya, dengan sepenuh cinta dan kerinduan kita
mengucap:
“Marhaban yâ Ramadhân”
Adakah ancaman Allah SWT. bagi orang yang sengaja berbuka pada
bulan Ramadhan tanpa ada udzur syar’i ?
Mengenai ancaman bagi orang yang sengaja berbuka puasa di bulan
Ramadhan, kita bisa lihat kutipkan
hadits Rasulullah saw. yang berbunyi :
عَنْ أَبِيْ أُمَامَةَ الْبَاهِلِيِّ رضي الله عنه قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ
اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ: بَيْنَمَا أَنَا نَآئِمٌ أَتَانِيْ رَجُلاَنِ
فَأَخَذَ بِضَبُعِيْ فَأَتَيَابِيْ جَبَلاً وَعَرًا فَقَالَ: اصْعَدْ, فَقُلْتُ:
إِنَّ لاَ أُطِيْقُهُ فَقَالاَ: سَنُسَهِّلُهُ لَكَ. فَصَعَدْتُ حَتَّى إِذَا
كَانَتْ فِيْ سَوَادِ الْجَبَلِ إِذَا بِأَصْوَاتٍ شَدِيْدَةٍ: مَ هَذِهِ
الْأَصْوَاتُ؟ هَذَا عَوَآءُ أَهْلِ النَّارِ ثُمَّ انْطَلَقَ بِيْ فَإِذَا أَنَا
بِقَوْمٍ مَعَلِّقِيْنَ بَعَرَاقِيْبِهِمْ مُشَقِّقَةً أَشِدَّاقِهِمْ تَسِيْلُ
أَشْدَاقَهُمْ دَمًا قَالَ: قُلْتُ: مَنْ هَؤُلَآءِ قَالَ: الَّذِيْنَ
يُفْطِرُوْنَ قَبْلَ تَحِلَّةِ صَوْمِهِمْ.
“Dari Abî Umâmah al Bâhilî ra. ia berkata: “aku pernah mendengar
Rasulullah saw. bersabda: “ ketika aku tidur, datanglah dua orang pria kemudian
memegang kedua lenganku, memebawaku ke suatu gunung yang kasar (tidak rata),
keduanya berkata: “naiklah”, lalu aku katakan: “aku tidak mampu”. Keduanya
berkata: “kami akan memudahkanmu”. Maka akupun naik sampai ke puncak gunung,
ketika itulah aku mendengar suara yang sangat keras, akupun bertanya: “suara
apakah ini?”, mereka menjawab: “ini adalah teriakan penghuni neraka”. Kemudian
keduanya membawaku, ketika aku melihat orang-orang yang digantung dengan kaki
di atas, mulut mereka rusak dan robek, darah mengalir dari mulut mereka, aku
bertanya: “siapakah mereka?”, keduanya menjawab: “mereka adalah orang-orang
yang berbuka sebelum halal puasa mereka (sebelum tiba waktu berbuka puasa”. (HR. an Nasâî dalam al Kubrâ sebagaimana dalam Tuhfatul Asyraf (4/166) dan Ibnu
Hibbân (no.1800) dan al Hâkim (1/230) dari jalur Abdurahmân bin Yazîd bin Jâbir
dari Sâlim bin ‘Âmir dari Umâmah. Sanadnya shahih).
[Dikutip dari Sifat Puasa Nabi SAW karya syaikh
Salîm bin Îed al Hilalî dan syaikh ‘Alî Hasan ‘Abdul Hamîd]
PERBEDAAN BUKAN BERARTI PERPECAHAN
Oleh: Ust. Romly Qomaruddin Abu Yazid
Menarik dan wajib
ditafakkuri, itulah kesimpulan yang dapat kita pahami dari nasihat-nasihat emas
para ulama ahlus sunnah ketika memaparkan penjelasan dan pengarahan (tabyîn
wa taujîh) kepada kaum muslimin dalam memelihara persatuan dan ikatan kasih
sayang serta waspada akan terjadinya perbedaan dan saling berbantahan yang akan
menggiring para pelakunya ke dalam kubangan fitnah tanâzu’ dan tafarruq.
Namun demikian, tidaklah berarti kaum
muslimin harus melupakan atau pura-pura lupa terhadap persoalan-persoalan
perbedaan pendapat yang terjadi dalam syari’at (ikhtilâf) yang menantang
untuk diluruskan dan dikembalikan kepada pangkal Islam itu sendiri (ashâlatul
Islâm). Bukankah Allah ‘Azza wa Jalla membimbing orang-orang yang beriman
kepadaNya dan hari akhir untuk sama-sama memperhatikan pernyataan ayatNya:
فَإِنْ
تَنَازَعْتُمْ فِيْ شَيْئٍ فَرُدُّوْهُ إِلَى اللهِ وَالرَّسُوْلِ إِنْ كُنْتُمْ
تُؤْمِنُوْنَ بِاللهِ وَ الْيَوْمِ الآخِرِ...
“Maka jika kalian berbeda pendapat tentang sesuatu, hendaklah
kalian kembali kepada Allah dan kepada RasulNya, kalaulah kalian beriman kepada
Allah dan hari akhir…” (QS. An Nisâ/4:59).
Dalam bukunya al
Hawâ wa Atsaruhu fil Khilâf, Syaikh Abdullah bin Muhammad al Ghanîmân
menuturkan: “wajib bagi kita, siapa saja yang berselisih pendapat haruslah
dikembalikan kepada al Qur’ân dan as Sunnah, sebab kalimat “fî syai-in”
dalam ayat ini mengandung pengertian umum, yaitu setiap perselisihan yang
terjadi sekalipun perkara kecil. Hal ini menerangkan bahwa mengembalikan urusan
kepada kedua sumber hukum tersebut merupakan kemestian bagi seorang muslim
sebagi tuntutan iman. Maka jika perselisihan apapun tidak dikembalikan kepada
keduanya, sudah dapat dipastikan bahwa pelakunya tidak memiliki iman (al
Ghanîmân, hal.24-25).
Apa Kata Mereka ?
Mereka para ulama
ahlis sunnah sangatlah adil; yakni adil dalam menilai kebaikan dan adil pula
dalam menilai kesalahan dan kekeliruan orang lain. Sikap ini muncul sama sekali
tidak mereka maksudkan agar umat menjadi bingung dalam memilih dan memilah
suatu kebenaran, melainkan bagaimana kebenaran itu dapat diterima tanpa
mendatangkan kemadharatan yang lebih besar di tengah-tengah gelombang
dahsyatnya perbedaan, yang tentunya selama perbedaan itu dalam bingkai kitâbullâh
dan sunnah nabiNya.
Oleh karenanya,
betapa besar perhatian para ulama dalam menjaga dan memelihara sikap ini,
baik kalangan salaf maupun khalaf
yang mengikuti jejak langkah para pendahulunya yang shalih. Hal ini
terbukti dari kitab-kitab ataupun risalah mereka yang memaparkan
persoalan-persoalan dimaksud.
Sebagai contoh, disamping mengkaji Raf’ul Malâm ‘Anil
Aimmatil Â’lâm (buku Syaikhul Islâm Ibnu Taimiyah mengenai sikap para ulama
dalam menyikapi perbedaan), yang merupakan kitab mutaqaddimîn, para
penuntut ilmupun harus lebih termotivasi lagi untuk terus menambah pengetahuan
dan wawasannya mengenai sikap yang seharusnya dimiliki dalam menyelesaikan
persoalan agamanya, terlebih lagi dalam mengikuti perkembangan zaman yang
semakin dinamis, sehingga membutuhkan lahirnya jiwa-jiwa yang arif dan
bijaksana dalam menghadapi masyarakat yang semakin diselimuti dengan berbagai
kejahilan.
Diantara
buku-buku yang dimaksud adalah: Washiyyat Kubrâ Ibnu Taimiyyah oleh Abû
Abdullâh Muhammad Bin Hamad Al Hamûd, Nashîhah Dzahabiyyah Ilal Jamâ’ah Al
Islâmiyyah Fatwâ Fith Thâ’at Wal Bai’ah (Nasihat Emas Ibnu Taimiyyah
tentang Jama’ah dan Ketaatan) tahqîq Masyhur Hasan Salman, Adâbul Ikhtilâf
Fil Islâm (Bagaimana Etika Berbeda Pendapat Menurut Islam) oleh Thâhâ Jâbir
Fayyadl Al ‘Ulwânî, Manhaj Ahlus Sunnah Wal Jamâ’ah Fin Naqdi Wal Hukmi
‘Alal Âkharîn (Manhaj Ahlus Sunnah dalam Mengkritik dan menilai Orang Lain)
oleh Hisyâm Bin Ismâ’îl Shinni, Min Washâyâs Salaf (Wasiat Para Salaf)
oleh Salîm Bin ‘Îed Al Hilâli, Ad Da’wah Ilallâh Bainat Tajammul Hizbi Wat
Ta’âwunisy Syar’i (Menggugat Keberadaan Jama’ah-Jama’ah Islam) oleh Ali Bin
Hasan Al Halabi, Fatâwâ Wa Kalimât Fil Mauqif Minal Jamâ’ât (Al Jamaah
Menurut Ulama Salaf dan Khalaf) oleh Abdurrazzâq Bin Khalîfah Asy Syayyaji, Al
Khilâf Bainal ‘Ulamâ Ashbâbuhû Wa Mauqifunâ Minhu (Beda Ulama Beda
Pendapat) oleh Muhammad Bin Shâlih Al ‘Utsaimîn, Hidâyatul Anâm Lima’rifati
Ashbâbi Ikhtilâfish Shahâbah Wa Fuqahâ Fil Ahkâm (Kiat Menyikapi Perbedaan
pendapat Para Ulama) oleh Ahmad Ala’ Da’bas dan Husain Abdul Majîd Abul Ala’
dan Rifqan Ahlas Sunnah Bi Ahlis Sunnah (Lemah lembut Sesama Ahlus
Sunnnah) oleh Abdul Muhsin bin Hammad al ‘ Abbad al Badr, serta buku-buku
lainnya yang dapat membukakan pintu kearifan.
Merupakan
keprihatinan, sebuah analisa yang pernah dikemukakan ‘Umar ‘Ubaid Hasanah
ketika memberikan pengantar untuk buku Adâbul Ikhtilâf fil Islâm,
menurutnya, batasan perbedaan pendapat
di kalangan kaum muslimin telah mencapai puncaknya sampai pada tahapan seorang
musyrik merasa aman jiwanya ketika sebahagian firqah-firqah Islam memandangnya
ada dalam kebaikan semata, dimana mayoritas orang-orang muslim yang berikhtilaf
menilai mereka dari sudut pandang nalar dan ijtihad, sehingga terjadilah dampak
buruk dimana firqah Islam tersebut tidak memiliki jalan lain untuk
melepaskan kesucian dirinya melainkan dengan menampakan sifat syirik. Itulah
dampak paling buruk bila perbedaan pendapat tidak segera diluruskan.
Dengan melihat
bahaya yang begitu besar, marilah segera merenungkan kembali isyarat-isyarat nubuwwah
yang mengajarkan bahwa selama sifat kelembutan dan tali kasih (ar rifqu
wat ta’alluf) masih melekat di hati kaum muslimin, hikmah dan mau’izhah hasanah masih dijalankan serta
menuntut ilmu masih dalam pengawasan kitâbullâh dan sunnah RasulNya (‘alâ
bashîrah), insya Allah perbedaan yang terjadi tidak akan berubah menjadi
badai berpecahan.
Menukil nasihat Abdullâh bin Mas’ûd sebagaimana
diriwayatkan ath Thabrâni, beliau mengatakan: “wahai manusia, wajib atas kalian
taat dan berpegang kepada jamaah, karena sesungguhnya ia merupakan tali Allah
yang Dia perintahkan. Sesungguhnya perkara yang kalian benci dalam berjamaah
masih lebih baik dari pada perkara yang kamu sukai di dalam firqah”. (Abdul
Fattah Abû Ghaddah dalam Risâlatul Ulfah Bainal Muslimîn, hal.14). Rasulullah
SAW bersabda:
اَلْمُؤْمِنُ مَأْلَفَةٌ لاَ خَيْرَ فِيْمَنْ لاَ
يَأْلَفُ وَلاَ يُؤْلَفُ
“orang mukmin itu tempatnya
berkasih sayang, tidak ada kebaikan bagi orang yang tidak memiliki kasih
sayang dan tidak pula bagi yang menolak kasih sayang”. (HR. Ahmad dari Sahl
bin Sa’ad as Sâ’idi).
Dalam riwayat al
Bukhâri no. 6927 dan Muslim no. 2594, ‘Âisyah RA menyebutkan bahwa Rasululah
SAW bersabda;
يَاعَائِشَةَ إِنَّ
اللهَ رَفِيْقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ فِيْ الأَمْرِ كُلِّهِ, وَ فِيْ مُسْلِمٍ: إِنَّ
الرِّفْقَ لاَ يَكُوْنُ فِيْ شَيْئٍ إِلاَّ زَانَهُ وَلاَ يُنْزَعُ مِنْ شَيْئٍ
إِلاَّ شَأْنَهُ
“Wahai Aisyah, sesungguhnya Allah itu maha Lembut dan mencintai
kelembutan di dalam semua urusan. Dalam riwayat Muslim disebutkan: “sungguh,
segala sesuatu yang dihiasi kelembutan akan nampak indah, sebaliknya, tanpa
kelembutan semuanya menjadi buruk”. Allâhu A’lam bish Shawâb.
Narasumber: Ust. Romly
Qomaruddin Abu Yazid
Bismillahirrahmanirrahim...
Benarkah semua
ibadah itu terpuji dan apa syaratnya ibadah seseorang itu dapat diterima di
sisi Allah?
Ibadah dalam pengertiannya yang umum, berarti pengabdian atau mengabdi dan
menghambakan diri. Biasanya, sikap penghambaan hanya dilakukan oleh orang-orang
yang merasa rendah ketika berhadapan dengan orang yang lebih kuat. Si miskin
berhadapan dengan si kaya, si bodoh berhadapan dengan si pintar, bawahan
berhadapan dengan atasan dan rakyat berhadapan dengan rajanya. Kalaulah hal itu
yang disebut dengan ibadah, tentu saja bertentangan dengan prinsip-prinsip
ajaran Islam yang menghargai persamaan (musâwat). Bukankah standar
kemulyaan seseorang hanya dapat diukur dengan nilai ketakwaannya?, bukan dengan
martabatnya. (QS. Al-Hujurât/49:13).
Namun demikian,
pengertian ‘menghambakan diri’ atau ‘merendahkan diri’ akan menjadi benar
pemahamannya, bilamana objeknya jelas yakni Allah semata, karena asal makna
ibadah itu sendiri yaitu ad-dzillu [merendahkan diri] disamping al-hubb
[cinta], al-khudlû’ [merunduk] dan at-thâ’at (patuh).
Oleh karenanya,
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah memberikan definisi yang cukup mewakili bahwa yang
disebut ibadah adalah :
إِسْمٌ جَامِعٌ لِكُلِّ
مَايُحِبُّهُ اللهُ وَيَرْضَاهُ مِنَ اْلأَقْوَالِ وَاْلأَعْمَالِ الْبَاطِنَةِ وَ
الظَّاهِرَةِ
Artinya : Sesuatu
yang mencakup segala bentuk yang dicintai dan diridlai Allah, baik ucapan
maupun perbuatan yang nyata ataupun yang tersembunyi. [Ibnu Taimiyah dalam Al-‘Ubûdiyyah,
hal. 8]
Maka sangat jelas,
sesuatu perkataan ataupun perbuatan bahkan kehendak tidaklah dikatakan ibadah,
bilamana Allah tidak menyukai dan meridlainya. Ibadah merupakan nama di antara
nama-nama syara’ lainnya [ismun min asmâis syar’iyyah], yang inti
pengertiannya mengesakan Allah semata dan beramal sesuai sunnah nabiNya.
Dikatakan ibadah itu menjadi terpuji dan diterima bilamana memenuhi
persyaratan-persyaratan sebagai berikut :
1. Iman; artinya suatu
ibadah akan diterima bila dilakukan oleh orang yang beriman kepada Allah. (QS.
Al-‘Ashr/103:1-3).
2. Ikhlas; artinya tidak
dikatakan orang beriman secara sempurna, melainkan mereka yang menjalankan
ibadahnya dengan ikhlas (QS. Al-Bayyinah/98:5).
3. Muttaba’atur rasûl; artinya melaksanakan ibadah memerlukan juklak (petunjuk pelaksanaan).
Disamping sesuai perintah kitabullâh, harus cocok pula (munâsib wa muwâfiq)
dengan contoh Rasulullah SAW . (QS. Ali-Imran/3:31-32). Para ulama’ salaf menasihatkan: al-I’tishâm
bis sunnah najât (berpegang teguh terhadap sunnah merupakan kunci
keselamatan), berpegang terhadap sunnah laksana orang yang menumpang bahtera
nabi Nuh, siapa menungganginya dia selamat, siapa menghindarinya dia tenggelam.
Demikian penuturan Imam Az-Zuhri dan Imam Malik sebagaimana dinukil oleh Ibnu
Taimiyah. (Al-‘Ubûdiyyah hal.39) [Al-Bahr]
Bismillah…
Sobat...Sebelumnya ane pernah menulis tentang Do’a Ketika Hujan, Kali ini ane sedikit mencoba berbagi tentang Do’a Agar Dijauhkan dari Sifat Bakhil.
Bakhil merupakan akhlaq yang tercela (al madzmûmah), ia merupakan subjek (fâ’il) dari orang yang memiliki sifat bukhul (kikir, tamak atau loba). Oleh karenanya, bakhil diartikan sebagai hubbu hasydil mâl atau al maulâu bihasydil mâl, artinya senang menimbun harta. (al Munawwir, hal. 62).
Dalam al Mu’jamul Wasîth, disebutkan bahwa al bukhlu adalah dlonna bimâ ‘indahû walam yajud, artinya mengira terhadap apa yang dimilikinya itu kekal, padahal tidak menjadikannya kaya. (Ibrâhîm Musthâfâ, hal.41).
Menurut istilah, adalah suatu sikap mental yang enggan mengeluarkan harta atau potensi lain yang telah menjadi keharusan untuk dikeluarkan kepada yang semestinya menerima. Dalam bahasa al Jurjâni “tarkul itsâr ‘indal hâjat”, tidak peduli ketika dibutuhkan. (at Ta’rîfât, hal.43).
Betapa hinanya sifat bakhil, banyak ayat-ayat Allah dan sunnah nabiNya yang mengisyaratkan tentang ancaman bagi sifat tersebut, diantaranya:
“Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka bahwa kebakhlilan itu adalah baik bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allahlah segala warisan (yang ada) di langit dan bumi. Dan Allah maha mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan”. (Q.S. Ali ‘Imrân/3:180).
Demikian pula dalam as sunnah, disamping banyak hadits-hadits yang melarang perbuatan tersebut, Rasulullah SAW pun membimbing umatnya dengan mengajarkan suatu do’a agar terhindar dari sifat bakhil tersebut.
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْبُخْلِ وَ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْجُبْنِ وَ أَعُوْذُ بِكَ أَنْ أَرُدَّ إِلَى أَرْذَلِ الْعُمُر
وَ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الدُّنْيَا وَ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقُبُوْرِ
“Ya Allah aku berlindung kepadaMu dari sifat kikir, aku berlindung kepadaMu dari sifat pengecut, aku berlindung kepadaMu dari dikembalikannya umur (pikun), aku berlindung kepadaMu dari godaan dunia dan aku berlindung kepadaMu dari siksa kubur”. (H.R. al Bukhâri dalam Fathul Bârî XI/ 213 dari Sa’ad bin Abî Waqqas).
Adapun Imam Muslim meriwayatkan dari shahabat Anas:
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْبُخْلِ وَ الْكَسَلِ وَ أَرذَلِ الْعُمُرِ وَ عَذَابِ الْقَبْرِ وَ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَ الْمَمَاتِ
“Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari sifat kikir, malas, pikun, siksa kubur dan fitnah kehidupan dan kematian”. (H.R. Muslim II/ 577)
Sobat... Semoga kita bisa terhindar dari sifat bakhil tersebut, dan senantiasa memhon kepada Allah SWT melalui do’a yang telah diajarkan oleh baginda Nabi Muhammad SAW. Amin..
Wallâhu A’lam bish shawâb.
*Sudah pernah dimuat di CAPek-Ma [Catatan Akhir Pekan Mahasiswa]
Bismillahirrahmanirrahim...
“Wahai orang-orang
yang beriman telah diwajibkan kepada kalian berpuasa, sebagaimana juga telah
diwajibkan kepada orang-orang sebelum kalian supaya kalian menjadi orang-orang
yang bertaqwa.” (Q.S. Al-Baqarah/2: 183)
Suatu ketika direktur perusahaan
di tempat anda bekerja memanggil anda ke kantornya. Ia memberitahukan bahwa
berkat prestasi kerja anda selama ini, anda akan dipromosikan untuk menduduki
jabatan yang prestisius. Namun dengan satu syarat, pekan depan anda harus
mengikuti seleksi kerja satu bulan penuh. Seleksi yang setelah anda tanyakan ternyata
relatif ringan bahkan dengan bonus yang menggiurkan. Bagaimana tidak hanya
dengan melakukan kerja yang standar anda akan dapat bonus 10 kali lipat bahkan sampai
700 kali lipat. Ternyata itu belum seberapa, anda pun dijanjikan jika berhasil
melewati seleksi tahap akhir dengan predikat sangat memuaskan maka anda akan
diberikan jaminan kebutuhan hidup selama 83 tahun lebih. Wow! Sangat
menggiurkan.
Anda pun jelas, sangat
menunggu-menunggu waktu itu tiba, anda begitu hanyut dalam kerinduan penantian.
Anda merasa waktu berjalan sangat lamban, lebih lamban dari siput pinggir sawah
pak tani. Anda heran melihat jarum jam seolah berdetak malas-malasan, padahal
baterainya baru anda ganti dua hari kemarin. Aaah…
Pun perbekalan telah anda siapkan
sepulang dari kantor direktur anda, bahkan telah anda cek berulang-ulang khawatir
ada yang terlewat dari catatan anda. Skill kerja anda yang telah lama menjadi
decak kagum partner kerja anda, makin anda asah jauh lebih berkilat daripada
zamrud dari India sekalipun. Bahan-bahan dan petunjuk kerja telah anda pelajari
berulang-ulang, bahkan istri anda mengira anda telah jatuh hati pada buku-buku
itu dan menjadikannya istri muda anda. Amboi, kerinduan memang memabukkan.
Pembaca, kiranya sudah mulai
pahamkah anda akan saya bawa kemana arah cerita ini? Tentu sebagai muslim yang cerdas anda akan
sontak menjawab “Inilah Ramadhan yang akan kita tempuh kurang-lebih sepekan lagi.”
Ya, inilah Ramadhan. Bulan yang
selain gaji tetap akan didapatkan juga bonus 10 hingga 700 kali lipat. Bahkan
jika prestasi seleksi amalan di bulan ini konsisten sampai akhir, maka bonus pahala
1000 bulan (83 tahun lebih) bisa anda raih.
Bulan yang telah Allah
informasikan kepada anda 1500 tahun yang lalu, tidak seperti direktur anda yang
memberikan informasi hanya sepekan sebelum hari H. Jelas sekali persiapan dan
perbekalan anda akan jauh lebih paripurna. Aneh nian, jika anda masih ragu dan
gagap saat Ramadhan tiba padahal anda punya waktu 11 bulan untuk bersiap-siap
menyambutnya. Bahkan anda sudah mengetahuinya sepanjang hayat anda.
Lihatlah para shahabat Rasulullah
saw., manusia-manusia langit itu luar biasa gembira menyambut Ramadhan dan luar
biasa pilu ditinggal Ramadhan. Mereka berharap setahun itu bulannya adalah
Ramadhan semua. Layaknya anda yang begitu meluap kegembiraan saat bulan seleksi
itu tiba menghampiri anda. Kegairahan memuncak untuk menelusuri satu ibadah
yang Allah berkenan memberikan pahala melimpah-limpah secara langsung.
Allah menyeleksi manusia,
kira-kira manusia macam apakah yang akan sanggup melaksanakan aturannya yang
ini. Ternyata Allah mengatakan “Wahai orang-orang yang beriman”, duhai
berbahagialah orang yang beriman kepada Allah kerena mereka lulus seleksi, yang
bukan hanya mengaku Islam, karena predikat muslim saja tidak cukup layak
mengikuti lomba super hebat di bulan Ramadhan. Mereka tidak akan mampu, akan
kepayahan…
Mereka, yang hanya Islam saja,
sebagaimana sudah Rasulullah ingatkan “Betapa banyak orang yang shaum namun
tidak mendapatkan apa-apa dari shaumnya kecuali rasa lapar dan dahaga.”
Mereka tidak tahan untuk tidak
makan minum, tidak tahan untuk konsisten shalat tarawih, tidak tahan
berlama-lama membaca al-Qur`an, tidak tahan untuk tidak mencaci orang lain, tidak
tahan berbaik sangka kepada orang lain, tidak tahan untuk membatasi apa yang dia
makan saat berbuka dan tidak tahan untuk tidak berhura-hura saat malam ‘Iedul
Fithri padahal itu berpotensi menghapus seluruh pahala Ramadhan yang susah
payah ia kumpulkan.
Memang nyata, kita belum seperti para
shahabat Rasulullah saw., mungkin anda atau saya bahkan merasa biasa-biasa saja
dengan datangnya Ramadhan. Atau yang lebih celaka, justru khawatir dan takut menjalani
Ramadhan. Na’udzubillah. Yang menyambut gembira Ramadhan adalah orang beriman,
yang menyambut dengan ekspresi datar agak berat mungkin fasiq, yang malah takut
dan khawatir bisa jadi munafiq atau bahkan kufur.
Baiklah, ternyata bagi yang
merasa berat, Allah telah sebutkan bahwa kewajiban shaum itu “telah
diwajibkan juga kepada orang-orang sebelum kalian,” kalau umat-umat
terdahulu saja sudah diwajibkan shaum lalu kenapa kita harus merasa berat
seolah-olah hanya kita saja yang diberikan ‘beban’. Maka bagi siapa saja yang
merasa terbebani oleh kewajiban shaum, sungguh ia hanya sekedar menggugurkan
kewajiban saja tanpa mendapatkan saripati dari ibadahnya sedikitpun. Sia-sia
Orang yang beriman dan bersabar tanpa
terbebani akan dengan mudah mendapatkan saripati ibadah shaum Ramadhan
sebagaimana target shaum itu sendiri yakni “supaya kalian menjadi orang-orang
yang bertaqwa,” kata Allah. Taqwalah puncak prestasi keimanan tertinggi,
yang Allah tegaskan bahwa insan paling mulia disisi-Nya adalah insan yang
bertaqwa.
...taqwalah puncak prestasi keimanan tertinggi, yang Allah tegaskan bahwa insan paling mulia disisi-Nya adalah insan yang bertaqwa....
Taqwa adalah juga konsistensi. Seorang
shahabat bertanya kepada Rasulullah “nasehatilah aku yang tidak akan aku
minta lagi kepada orang lain.” Rasul menjawab: “katakanlah: aku beriman
kepada Allah, lalu konsistenlah kamu dalam keimanan itu.” Iman plus konsistensi
adalah taqwa. Maka ciri orang yang sukses meraih predikat taqwa dari ibadah
Ramadhan adalah konsistensi ibadahnya di bulan-bulan lain sama seperti yang
dilakukannya di bulan Ramadhan.
Shaum Ramadhan adalah start bukan
final, adalah awal bukan akhir dari perjalanan ibadah sepanjang hayat kita. Maka
tidak ada hari kemenangan bagi yang melaksanakan ibadah Ramadhan dengan
biasa-biasa saja, yang asalkan tidak makan, minum dan bersenggama. Sementara
hewan pun jika hanya sekedar itu mampu melakukannya.
Shaum Ramadhan adalah ibadah yang
berfungsi sebagai charger untuk on-nya ibadah disebelas bulan
berikutnya. Adalah mengerikan, orang berduyun-duyun di akhir Ramadhan merayakan
hari kemenangan, sementara mereka sudah tidak lagi berpuasa. Kembali ke kulit palsunya
yang mereka tahu bahwa itu palsu. Memang benar, orang paling bodoh adalah orang
yang tahu bahwa dirinya tidak tahu namun sok tahu seolah-olah dirinya
tahu. Benarlah, hanya yang beriman dan bersabar dalam ibadah Ramadhan lah yang
akan diampuni dosa masa lalunya.
Kemenangan sebenarnya dari
Ramadhan ditentukan oleh sebelas bulan berikutnya. Tarawihnya di bulan Ramadhan
berlanjutkah dalam tahajud di bulan berikutnya, tilawah Qur’annya di bulan
Ramadhan berlanjutkah di bulan berikutnya, zakatnya di bulan Ramadhan
berlanjutkah di bulan berikutnya, dermawan dan pemaafnya di bulan Ramadhan
berlanjutkah atau kembali menjadi bakhil dan pemberang selepas bulan itu?
Jika hal-hal di atas tidak
terwujud, jangan salahkan jika ibadah kita tidak membawa dampak positif. Allah
sendiri mencela orang shalat sebagai pendusta agama, yang shalat dalam keadaan
lalai. Saat seharusnya shalat membuahkan proteksi atas perbuatan keji dan
mungkar, namun anda, saya dan kita masih menghardik anak yatim dan tidak memberi
makan orang miskin.
Bahkan Ramadhan kita kali ini, seharusnya
tidak lagi menyantuni orang miskin yang sama, yang dulu kita serahkan zakat
kita kepadanya. Tidak lagi, karena orang miskin itu tidak mau menerimanya, ia
telah merasa mampu dari hasil pemberdayaan ekonomi melalui zakat kita di
Ramadhan sebelumya.
Mampukah Ramadhan kita kali ini
membuahkan hasil, paling tidak membuat petugas pembagi zakat menangis
tersedu-sedu karena mereka ditolak dari pintu ke pintu, sebagaimana petugas
pembagi zakat di zaman khalifah Umar bin Abdul Aziz. Semua menutupnya karena
telah berdaya, harga dirinya terangkat untuk tidak terus menerus menjulurkan
telapak tangan.
Sayangnya kita belum, bahkan kita
secara tidak langsung melestarikan kemiskinan. Betapa tidak, kita berzakat ke
orang yang sama selama bertahun-tahun. Membuat mereka haqqul yaqien
bahwa zakat adalah rezeki pokoknya tanpa harus berpeluh-peluh.
Allahumma sallimnii Ramadhan,
wa sallim Ramadhana lii mutaqabbalan
Kayutsha Kalashinov
Ambulance Gratis Sedekah Rombongan |
Sinopsis The Amazing Spider-Man - Menurut jadwal film The Amazing Spider-Man akan tayang di Indonesia pada tanggal 4 Juli 2012. Beberapa video trailer sejak tahun lalu sudah muncul di youtube dan pernah di bahas disini, namum kali ini ada trailer yang berbeda dari yang lainnya berdurasi selama 4 menit. Di trailer promo ini, dapat dilihat musuh Spider-Man adalah The Lizard dan di trailer ini juga menunjukan bahwa pacar Peter Parker (Andrew Garfield) bukan Mary Jane akan tetapi Gwen Stacy yang diperankan oleh artis cantik Emma Stone. Bagaimanakah kisah cinta dan aksi sang jagoan ? jangan lupa saksikan di bioskop-bioskop kesayangan anda semua.
Berikut video trailer The Amazing Spider-Man :)
Langganan:
Postingan
(
Atom
)